Kajian Ust. Hanan Attaki dengan tema
Senin, 2 April 2018 Ba’da Subuh.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Refleksi ini secara khusus saya tujukan kepada sahabat-sahabat saya Diyah
dan Khusna serta secara umum bagi semuanya. Semoga apa yang sedikit ini dapat bermanfaat.
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahim....
Allah SWT monolong hamba-Nya ketika terkena masalah dengan 2 cara /
tahapan.
Jadi
kalau kita analogikan dengan orang yang masuk UGD, itu pertama adalah diberi
pertolongan pertama kemudian baru dapat ruangan. Pertolongan pertama itu
seperti di tensi, infus, dan sebagainya. Pertolongan pertama itu hanya untuk
membuat dia bertahan saja agar jangan sampai drop. Jadi belum dilakukan diagnosa
penyakitnya apa, belum ditentukan obatnya apa dan belum ditentukan perawatannya
seperti apa. Baru kemudian setelah ia masuk ruang, dokter akan memberikan pertolongan
lanjutan dengan mulai mendiagnosa penyakitnya apa, mulai di rontgen, mulai memberikan
penanganan-penanganan medis dan sebagainya sampai pemberian obat serta bagaimana
perawatan-perawatannya.
Allah SWT menolong kita dengan 2 cara yang hampir
mirip analoginya dengan kasus tersebut.
1.
Allah menolong hati kita (menguatkan hati kita)
Ketika seorang
mukmin mendapatkan ujian/ musibah, maka pertama kali Allah menolong adalah
menolong hatinya. Belum diselesaikan belum diberikan jalan. Sadarilah bahwa
meskipun Allah SWT belum memberikan solusi, tetapi Dia sudah menolong hati
kita. Jangan sampai kita salah paham dengan beranggapan bahwa Allah tidak
mengabulkan do’a kita.
Akan ada dua masa, yaitu masa
ujian/ kesulitan dan masa kemudahan.
a.
Masa kesulitan :
misalkan kesulitan yang dialami oleh saudara-saudara kita, Muslim Rohingya,
yang banyak diuji dengan ujian fisik. Ujian tidak hanya ujia fisik, tetapi ada
juga ujian. Harta yang kita gunakan tidak di jalan Allah maka akan dapat
mencelakakan kita, tetapi jika harta itu kita gunakan sebagaimana seperti yang
dikehendaki Allah, maka harta itu akan membawa kita pada kemudahan dan
keberkahan. Selain itu ada juga ujian perasaan. Saat kita ingin berhijrah, kita
akan diuji terlebih dahulu. Jadi jangan salah paham. Allah ingin menunjukkan keajaiban/
mukjizat-Nya. Tidak ada kata sabar kalau kita tidak melalui ujian. Sabar untuk
orang yang terdzalimi.
b.
Masa kemudahan :
ingat, setelah memberikan kesulitan Allah akan memberikan kemudahan.
Rasulullah
SAW yang dicintai Allah saja juga diuji, jadi jangan putus asa dengan ujian
yang Allah berikan kepada kita. Ada suatu kisah yang akan menginspirasi, yaitu
kisah cinta Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu dan Abu Darda. Kesabaran Salman
Al Farisi yang sabar dalam keimanannya.
Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah seorang pemuda
Persia. Salman Al Farisi tak lain adalah mantan budak di Isfahan, salah satu
daerah di Persia. Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah sahabat Rasulullah
yang spesial. Ketika Rasulullah dan kaum muslimin hijrah menuju kota Madinah,
Salman Al Farisi merasakan jatuh cinta dengan seorang gadis yang menurutnya
sholehah. Kalau jaman sekarang diibaratkan seperti selebgram, cantik,
followersnya banyak, hafidzoh, berprestasi, dan pokoKnya udah cocok banget lah
kalau jadi makmum. Jadi kalau perempuan
cari calon yang ngimamin sholat tahajud, dan kalau laki-laki bukan cari makmum
buat sholat tahajud, tapi cari calon yang mau membangunkan sholat tahajud. Karena
dibangunkan dengan alarm itu gk enak. Ups....
Oleh karena itu di kota inilah Salman Al Farisi
Radhiallahu’anhu berniat untuk menggenapkan separuh agamanya dengan menikah.
Saat itu diam-diam Salman Al Farisi menaruh perasaan cinta kepada seorang
wanita muslimah Madinah nan sholihah yang disebut kalangan Anshar. Maka dia pun
memantapkan niatnya untuk melamar wanita pujaan hatinya tersebut. Namun sayangnya
ada sesuatu yang mengganjal di hati Salman Al Farisi ketika hendak melamar.
Salman Al Farisi merasa asing, karena dia adalah penduduk baru dan jelas belum
mengetahui bagaimana adat melamar wanita di kalangan masyarakat Madinah dan
bagaimana dengan tradisi Anshar saat mengkhitbah wanita. Demikianlah hal yang
dipikirkan Salman Al Farisi. Dia tak tahu mengenai budaya yang diterapkan di
kota yang baru ini dan jelas tak bisa sembarangan tiba-tiba datang mengkhitbah
wanita tanpa persiapan matang.
Hingga akhirnya Salman Al Farisi mendatangi seorang
sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, yaitu Abu Darda. Abu dalam
bahasa Arab bukan orang tua, tapi seperti nama panggilan. Jadi nama bekennya
itu Abu atau bisa juga dikenal sebagai nama akun, bukan nama asli. Kalau kita
kan suka bikin akun 2 ya? ;-) Satu akun asli, satu akun lagi buat akun palsu
untuk stalking. Ups...hehe. Akhirnya ia bermaksud meminta bantuan dari Abu
Darda untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Setelah mendengar
cerita sahabatnya tersebut, Abu Darda pun begitu girang. Ia pun memeluk Salman
Al Farisi dan bersedia membantu dan juga mendukung sahabatnya itu. Tak ada
perasaan ragu bahkan menolak dalam diri seorang Abu Darda. Dan inilah
kesempatan Abu Darda untuk membantu saudara seimannya.
Setelah sebuah persahabatan yang indah itu menolong Salman Al
Farisi, maka beberapa hari kemudian ia mempersiapkan segala sesuatunya. Salman
Al Farisi pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani sahabatnya itu. Keduanya
merasa begitu gembira selama perjalanan. Setiba di rumah wanita sholihah
tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh sang tuan rumah, yang tak lain
adalah orang tua wanita Anshar yang dicintai oleh Salman Al Farisi.
Abu Darda pun memperkenalkan dirinya dan memperkenalkan
Salman Al Farisi, ia pun menceritakan mengenai Salman Al Farisi yang berasal
dari Persia dan kini telah berhijrah ke Madinah. Abu Darda juga menceritakan
mengenai kedekatan Salman Al Farisi yang tak lain adalah sahabat Rasulullah.
Dan terakhir adalah maksudnya untuk mewakili sahabatnya itu untuk melamar.
Mendengar itu semua, maka si tuan rumah merasa sangat
terhormat. Ia senang akan kedatangan dua orang sahabat Rasulullah. Ditambah
lagi karena salah satunya bahkan berkeinginan melamar putrinya. Namun hal itu
tidak membuat sang ayah langsung menerimanya. Karena seperti yang diajarkan
Rasulullah, bahwa sang ayah harus bertanya bagaimana pendapat putrinya mengenai
lamaran tersebut. Karena jawaban itu adalah hak dari putrinya secara penuh.
Sang ayah pun lalu memberikan isyarat kepada istri dan juga
putrinya yang berada dibalik hijabnya. Ternyata sang putri telah mendengar
percakapan sang ayah dengan Abu Darda. Kalau dulu namanya mengintip kalau
sekarang stalking. Cuma kalau kita
mau stalking, stalking orangnya bukan
akunnya. Karena kalau akunnya itu hasil editan semaleman. Hihihi.... jadi boleh kepo boleh stalking tapi dengan orangnya dan dengan cara yang tidak melampaui
batas dan yang dilihat masih dalam sesuatu yang wajar. Karena itu adalah bagian
dari mengenal atau ta’aruf.
Wanita muslimah tersebut ternyata juga telah memiliki
pendapat sendiri mengenai pria yang melamarnya. Berdebarlah jantung Salman Al
Farisi saat menunggu jawaban dari balik tambatan hatinya, tak hanya itu Abu
Darda pun menatap gelisah pada wajah ayah si gadis. Tak disangka ternyata
jawaban ayah gadis bagaikan petir. Ayah gadis menjawab, “Alhamdulillah, anak
saya setuju untuk menikah.” Salman kaget. Kemudian ayah gadis melanjutkan
bicaranya, “Tapi maaf ya Salman, bukan dengan Salman anak saya mau menikah. Akan
tetapi, karena kalian berdualah yang datang dan mengharap ridho Allah, saya
ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda juga
memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi”.
Muka Abu Darda langsung memerah dengan perasaan antara senang
dan tidak enak kepada sahabatnya. Sambil gugup Abu Darda berkata, “Salman,
bukan aku yang mau ya? Aku gk ada maksud apa-apa lho...”, kata Abu Darda.
“Tenang aja tenang aja.”, jawab Salman. Sungguh jawaban yang mengagetkan,
wanita yang diidam-idamkan untuk menjadi istri Salman Al Farisi justru memilih
Abu Darda yang hanya ingin membantu pinangan sahabatnya. Takdir Allah
berkehendak lain, cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi itulah ketetapan Allah
menjadi rahasia-Nya, yang tidak pernah diketahui oleh siapapun kecuali oleh
Allah.
Akhirnya ditunangkanlah Abu Darda dengan gadis itu oleh
ayahnya. Abu Darda dan Salman kemudian pulang. Sepanjang jalan Abu Darda diaaam
saja karena gk enak dengan Salman. Salman kemudian berbicara kepada Abu Darda,
“Udah tenang aja. Ini semua kan sudah menjadi takdir Allah SWT. Setiap orang
diciptakan dengan pasangannya masing-masing.” Salman sangat berbesar hati.
Meskipun pernah ditikung tapi tetap sholeh. Pernah gk kalian kaya gitu? Ups....
Dari mana dia tau perempuan itu? Ya dari curhat kita. (Jadi hati-hati ya kalau curhat ;-) )
Jika seperti pria pada umumnya, maka hati Salman Al Farisi
pasti hancur berkeping-berkeping. Ia akan merasakan kehancuran yang teramat
sangat. Tapi berbeda dengan pria lainnya, Salman Al Farisi merupakan pria
sholih, taat, dan juga seorang yang mulia dari kalangan sahabat Rasulullah.
Dengan ketegaran hati yang luar biasa ia justru menjawab, Allahu Akbar. Salman
Al Farisi girang, bahkan ia justru menawarkan bantuan untuk pernikahan antara keduanya.
Tanpa perasaan hati yang sakit, ia dengan ikhlas memberikan semua harta benda
yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. Bahkan mahar dan nafkah yang
telah dipersiapkan diberikan kepada Abu Darda. Ia juga akan menjadi saksi
pernikahan sahabatnya itu.
Jadi menikung dengan sengaja itu termasuk dengan dosa besar.
Kalau tidak sengaja seperti kisah Abu Darda dan Salman yang memang harus
seperti itu jalannya jadi tak apa. Begitu besar hatinya Salman, mereka akhirnya
juga tidak musuhan. Gk sampai Salman unfollow
Abu Darda. Terus nomornya di blok. Telpon juga tidak bisa dihubungi. Kalau
dijapri cuma satu centang. Tidak, mereka tidak seperti itu. Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi yang begitu faham
bahwa cinta kepada seorang wanita tidaklah memberinya hak untuk memiliki.
Sebelum lamaran diterima, sebelum melaksanakan ijab qabul diikrarkan, cinta
tidak menghalalkan hubungan dua insan. Tak hanya itu, ia juga sangat faham akan
arti persahabatan sejati. J
2. Pertolongan
kedua Allah SWT adalah mencabut masalahnya (memberi jalan keluar)
Terdapat banyak surat yang membahas tentang ini. Misalnya Q.S. Al- Anfal:
9-10 tentang bagaimana cara Allah menolong hamba-Nya. Misalnya dalam
pertempuran kaum muslimin dengan orang-orang kafir ketika Perang Badar. Terjadi
kontak senjata antara keduanya. Allah menolong kaum muslimin bukan dengan
perang terlebih dahulu, tetapi dengan memberikan ketenangan dan hati yang
nyaman kepada kaum muslimin. Malam sebelum perang, nabi dan kaum muslimin
melakukan istighosah (doa yang panjang).
Terlalu khusyu’nya berdoa, nabi mengangkat tangannya dengan sangat tinggi
dan berdoa, “ Ya Allah, jika besok kami kalah perang maka tidak akan ada lagi
yang mengucapkan laa ilaa ha illallah.” Jadi
yang dikhawatirkan nabi bukan takut tersakiti, tapi nabi takut kalau agama
Allah tidak akan tersebar. Setelah istighosah kemudian kaum muslimin melihat ke
langit. Semakin lama, bintang di langit semakin bertambah. Akhirnya hampir
seluruh langit dipenuhi bintang-bintang bahkan terlihat sangat rapi dan
berbaris. Langit terlihat sangat terang hingga seperti siang hari.
Kemudian ada sahabat yang bertanya, “Ya Rasulullah, itu bintang apa?
Kenapa berbaris sangat rapi seperti itu dan tidak normal seperti pada umumnya?”.
Ternyata itu bukan cahaya bintang, tetapi pasukan 1000 malaikat yang akan
menolong dari langit. Barisan malaikat di langit itu Allah tampakkan tujuannya
untuk menenangkan hati kaum muslimin. Banyaknya malaikat yang berbaris tersebut
lebih banyak dari banyaknya kaum muslimin. Jadi Perang Badar itu bukan perang
300 : 1000 tetapi 1300 (300 manusia dan 1000 malaikat) : 1000 (orang kafir).
Meskipun demikian, kaum muslimin juga ada perasaan was-was karena hasutan
syaitan. Mereka khawatir apakah malaikat tersebut akan membantunya. Sedangkan nabi dan Abu Bakar terus berdoa
sampai pagi, sedangka kaum muslimin yang lain diminta untuk istirahat. Awalnya
kaum muslimin tidak bisa tidur karena khawatir dengan apa yang akan terjadi
pada perang esok hari. Akhirnya Allah berikan ketenangan kepada kaum muslimin
dengan memberikan rasa kantuk. Tiba-tiba semua menguap, mengantuk, kemudian
tidur. Hal itu Allah maksudkan untuk membuat rasa nyaman untuk kaum muslimin.
Allah menolong hatinya sebelum Allah menolongnya pada Perang Badar. (Q.S.
Al-Anfal: 11)
Syaitan ternyata tidak menyerah. Ia masuk ke dalam mimpi kaum muslimin
sehingga semuanya mimpi basah dan bangun dalam keadaan berjunub. Ingin mandi
besar tetapi tidak cukup air karena airnya hanya cukup untuk wudhu. 1 orang
satu gelas. Akhirnya mereka mulai galau lagi karena mereka dalam keadaan najis
dan kotor serta tidak bisa berperang dalam keadaan suci. Akhirnya Allah
menolong lagi mereka dengan menurunkan air hujan. Hujan tersebut hanya turun di
tempat kaum muslimin sedangkan di tempat orang kafir tetap kering. Sehingga
kaum muslimin langsung bahagia, bertakbir, dan akhirnya mandi junub di bawah
guyuran air hujan.
Jadi berkali-kali Allah menolong hati kaum muslimin sebelum Allah
menolong masalahnya. Ini merupakan gambaran bagaimana Allah menolong hamba-Nya.
Ada orang yang diberi masalah berat tetapi hatinya tetap nyaman dan ada juga
orang yang memiliki masalah sedikit tetapi selalu berkeluh kesah. Bedanya apa?
Bedanya perasaan di dalam hati yaitu orang yang ditolong dan orang yang tidak
ditolong oleh Allah SWT.
Jadi kesimpulannya, pahamilah cara-cara Allah menolong kita. Sehingga
kita tidak salah paham ketika kita memiliki masalah dan kita sudah berdoa,
seolah-olah Allah tidk mendengar doa kita. Selalu berhusnudzon kepada Allah
SWT. Allah akan menolong kita, minimal hati kita yang akan ditolong.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Terimakasih yang teramat dalam saya sampaikan kepada seseorang yang mengajak saya untuk menghadiri kajian ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikanmu lebih banyak lagi. Aamiin...
Sumber:
Kajian Ustadz Hanan Attaki