Refleksi
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Pertemuan
Kelima Tanggal 31 Oktober 2017
Nurika Miftahuljannah
PPs Pendidikan Matematika Kelas C
17709251060
Assalamu’alaikum
wr. wb.
Sebelum menulis
refleksi perkuliahan Filsafat ini, saya ingin mengucapkan selamat kepada Prof.
Marsigit, M.A. yang telah mendapatkan amanah baru yaitu sebagai Direktur Pascasarjana
UNY. Semoga Prof. dapat menjalankan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.
Selain itu, saya juga ingin mengucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya karena telah memberikan kesempatan bagi
saya untuk bertanya. Dalam kesempatan kali ini saya mengajukan pertanyaan
sebagai berikut.
-
Bagaimana cara kita menjelaskan kepada
siswa mengenai konsep sedekah di dalam matematika? Konsep matematika pada hakikatnya
apabila kita melakukan pengurangan maka hasilnya akan semakin berkurang atau habis.
Akan tetapi, dalam konsep sedekah, semakin kita banyak memberi mengurangi maka justru
akan semakin bertambah.
Prof. Marsigit, M.A. kemudian
memberikan penjelasan sebagai berikut.
Dalam filsafat, terdapat ilmu intensi
dan ekstensi. Menurut Prof. Marsigit, sedekah termasuk dalam ekstensi. Apabila
ingin meneliti sedekah, maka bisa mulai dari unsur material, formal, normatif,
dan spiritual. Secara material, sesuatu yang kita sedekahkan dapat berupa
benda. Secara formal misalnya ketika kita bersedekah kemudian kita mengabadikan
momen itu dengan mengambil foto agar oleh orang lain bisa melihatnya dan
menjadi bukti formal. Secara normatif, ada di pikiran. Apakah sedekah
semata-mata hanya berwujud benda? Apakah ilmu juga bisa disedekahkan?
Saya menambahkan bahwa
yang disedekahkan berupa materi agar dapat lebih mudah untuk memaknai sedekah.
Sedekah adalah memberikan sesuatu benda. Maka secara spiritual, sebagian kecil
pikiran kita pada akhirnya adalah kuasa Tuhan. Jadi ada hukum sebab akibat, di
mana pikiran manusia terbatas tidak mengetahuinya. Hal itu merupakan bagian
proses dari infinite regress karena banyak
hukum alam yang tidak diketahui oleh manusia. Manusia hanya mengerti sebagian
kecil saja. Jika kita mengerti semuanya maka kita tidak akan bisa hidup. Dengan
demikian, jawaban atas pertanyaan ini apabila diabstraksi yaitu sebagian
dipikirkan dan selebihnya merupakan kuasa Tuhan.
Kemudian dari filsafat
diturunkan ke psikologi, sedekah merupakan gejala jiwa atau gejala fenomena
alam. Psikologi orang yang berbuat baik juga akan dibalas dengan kebaikan.
Hukumnya bukan hukum matematika, bukan kebaikan A dibalas dengan kebaikan B,
melainkan hukum hermeneutika atau bersilaturahim (berputar-putar). Kita sendiri
terkadang tidak menyadari bahwa kita sedang berhermeneutika. Sebagian bisa kita
perkirakan dan sebagian lagi tidak dapat kita perkirakan. Sehingga jika
diibaratkan, kita hidup bagaikan sebuah mesin. Tuhan menciptakan alam semesta
ini merupakan suatu mesin yang terstruktur. Struktur yang bergerak menembus
ruang dan waktu. Tidak hanya manusia, bahkan batu pun juga menembus ruang dan
waktu karena batu adalah mesin.
Batu yang diproduksi
dapat menjadi pasir, bisa menjadi batu yang lebih besar, bisa menjadi bangunan,
atau yang lainnya bergantung tujuannya. Selain itu batu juga bisa tenggelam ke
dalam tanah dan terbawa arus hingga ke laut dan seterusnya. Maka dalam
filsafat, sedekah adalah memasukkan unsur ke dalam satu mesin produksi sedekah
dengan pikiran positif yang disertai doa, keikhlasan, dan sebagainya (saling
memantulkan dan menterjemahkan) kemudian di refleksi (refleksi dari bayangan
dan sebagainya) maka kita lebih banyak tidak paham dengan hukum-hukum pada
kuasa Tuhan. Kenapa? Sebenarnya kita hanya memahami sedikit dari alam semesta
ini. Alam semesta yang dimaksud adalah alam semesta secara keseluruhan yang
arah pergerakannya tidak ada yang mengetahui karena terlalu besar.
Dengan demikian, ketika
bumi berputar pada porosnya (berotasi), tetapi juga bergerak mengelilingi
matahari (berevolusi). Bumi berotasi setiap 24 jam sekali hingga sampai
porosnya saat pagi, siang, sore, malam, dan seterusnya. Akan tetapi, selama 12
bulan kembali pada posisi awal. Sementara itu yang diputari juga berputar
(galaksi) dan yang lain juga berputar lagi tanpa ada yang mengerti. Perputaran
tersebut tidak pernah sampai pada suatu tempat yang berbeda setiap saat.
Hal tersebut ibarat
seperti seekor semut yang naik di kereta api. Semut tersebut tidak sadar apakah
sudah sampai di Cirebon atau sampai di tempat yang lainnya. Maka unsur sedekah
ini memiliki komponen spiritual yang bergantung pada komponen normatifnya
(ilmunya seperti apa, formalnya seperti apa, dan juga apa materinya yang
disedekahkan).
“Tiadalah dua hal tidak saling
berhubungan, pasti ada hubungannya, minimal hubungannya dipikirkan. Kita juga
tidak mengerti pengaruh-pengaruh tersebut.”
Karena
masih penasaran dengan konsep matematika sedekah, saya mencoba mencari sumber referensi
lainnya mengenai matematika sedekah. Secara spiritual, sedekah ternyata bukan
saja sebagai sebuah ritual ibadah, namun ternyata sedekah juga bisa menjadi
jalan bagi setiap permasalahan yang kita alami, mulai dari sakit, ujian,
kesedihan, bahkan kesulitan ekonomi.
Konsep
sedekah dalam matematika ternyata dapat diuraikan menjadi 3 poin berdasarkan
surah pada Al-Qur’an., yaitu sebagai berikut:
1. Memberi
1 dibalas 10 – QS. Al-An’aam : 160
Misalnya
kita memiliki uang Rp. 100.000,-. Apabila kita menyedekahkan sebagian dari uang
tersebut maka perhitungan matematika normal adalah sebagai berikut:
100.000
– 10.000 = 90.000
Akan
tetapi dengan konsep sedekah, perhitungan matematikanya menjadi:
100.000
– 10.000 = 190.000
100.000
– 30.000 = 370.000
100.000
– 50.000 = 550.000
100.000
– 70.000 = 730.000
100.000
– 90.000 = 910.000
100.000
– 100.000 = 1.000.000
Kenapa bisa seperti ini? Ya memang
bisa, karena tiap-tiap uang yang kita sedekahkan akan dibalas 10x lipat dari
nominal yang kita sedekahkan. Sehingga uang kita menjadi 10x lipat dari nominal
yang kita sedekahkan ditamabah sisa dari uang yang kita sedekahkan.
2. Memberi
1 dibalas 700 – QS. Al-An’aam : 160
Misalnya
kita memiliki Rp. 100.000,-. Bila kita menyedekahkan sebagian dari uang
tersebut maka perhitungan dengan konsep matematika sedekah sebagai berikut:
100.000
– 10.000 = 90.000
Akan
tetapi dengan konsep sedekah, perhitungan matematikanya menjadi:
100.000
– 10.000 = 7.090.000
100.000
– 30.000 = 21.070.000
100.000
– 50.000 = 35.050.000
100.000
– 70.000 = 49.030.000
100.000
– 90.000 = 63.010.000
100.000
– 100.000 = 70.000.000
Sunggu
luar biasa. Perhitungan di atas bukan asal menghitung, akan tetapi Allah telah
berjanji melalui firman-firmanNya.
3.
Memberi 1 dibalas Infinity (Tak
Terhingga) – QS. Al Faathir : 13
Allah SWT
pemilik jagad raya ini, Allah Maha Kuasa, Allah Raja segala raja, dan Allah
Maha Pengasih dan Penyayang. Semua yang Allah kehendaki pasti terjadi, “Kun
Fayakun”, “Jadilah maka jadilah”. Allah saja sanggup menundukkan siang menjadi
malam, mengubah malam menjadi siang, menghidup dan mematikan seseorang, apalagi
jika hanya untuk menyembuhkan penyakit, melunaskan hutang, meyelesaikan
masalah, itu merupakan hal yang sangat kecil bagi Alloh SWT.
MasyaAllah, semoga
dengan refleksi ini kita semua menjadi tidak ragu lagi untuk bersedekah. Asal kita
senantiasa mau melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, Allah
pasti akan memberi jalan keluar atas kesulitan-kesulitan yang sedang kita
hadapi. Semoga AllAh SWT memberi kemudahan kita semua untuk selalu berbuat baik
dimanapun tempat dan kondisi kita berada. Aamiin.
Wassalamu’alaikum
wr. wb.