Sabtu, 26 Mei 2018

Refleksi Kajian Ustadz Hanan Attaki


Kajian Ust. Hanan Attaki dengan tema
Senin, 2 April 2018 Ba’da Subuh.

Assalamu’alaikum wr. wb.
Refleksi ini secara khusus saya tujukan kepada sahabat-sahabat saya Diyah dan Khusna serta secara umum bagi semuanya. Semoga apa yang sedikit ini dapat bermanfaat. Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahim....
Allah SWT monolong hamba-Nya ketika terkena masalah dengan 2 cara / tahapan.
Jadi kalau kita analogikan dengan orang yang masuk UGD, itu pertama adalah diberi pertolongan pertama kemudian baru dapat ruangan. Pertolongan pertama itu seperti di tensi, infus, dan sebagainya. Pertolongan pertama itu hanya untuk membuat dia bertahan saja agar jangan sampai drop. Jadi belum dilakukan diagnosa penyakitnya apa, belum ditentukan obatnya apa dan belum ditentukan perawatannya seperti apa. Baru kemudian setelah ia masuk ruang, dokter akan memberikan pertolongan lanjutan dengan mulai mendiagnosa penyakitnya apa, mulai di rontgen, mulai memberikan penanganan-penanganan medis dan sebagainya sampai pemberian obat serta bagaimana perawatan-perawatannya.

Allah SWT menolong kita dengan 2 cara yang hampir mirip analoginya dengan kasus tersebut.
1.       Allah menolong hati kita (menguatkan hati kita)
Ketika seorang mukmin mendapatkan ujian/ musibah, maka pertama kali Allah menolong adalah menolong hatinya. Belum diselesaikan belum diberikan jalan. Sadarilah bahwa meskipun Allah SWT belum memberikan solusi, tetapi Dia sudah menolong hati kita. Jangan sampai kita salah paham dengan beranggapan bahwa Allah tidak mengabulkan do’a kita.
Akan ada dua masa, yaitu masa ujian/ kesulitan  dan masa kemudahan.
a.       Masa kesulitan          : misalkan kesulitan yang dialami oleh saudara-saudara kita, Muslim Rohingya, yang banyak diuji dengan ujian fisik. Ujian tidak hanya ujia fisik, tetapi ada juga ujian. Harta yang kita gunakan tidak di jalan Allah maka akan dapat mencelakakan kita, tetapi jika harta itu kita gunakan sebagaimana seperti yang dikehendaki Allah, maka harta itu akan membawa kita pada kemudahan dan keberkahan. Selain itu ada juga ujian perasaan. Saat kita ingin berhijrah, kita akan diuji terlebih dahulu. Jadi jangan salah paham.  Allah ingin menunjukkan keajaiban/ mukjizat-Nya. Tidak ada kata sabar kalau kita tidak melalui ujian. Sabar untuk orang yang terdzalimi.
b.      Masa kemudahan    : ingat, setelah memberikan kesulitan Allah akan memberikan kemudahan.
Rasulullah SAW yang dicintai Allah saja juga diuji, jadi jangan putus asa dengan ujian yang Allah berikan kepada kita. Ada suatu kisah yang akan menginspirasi, yaitu kisah cinta Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu dan Abu Darda. Kesabaran Salman Al Farisi yang sabar dalam keimanannya.
Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah seorang pemuda Persia. Salman Al Farisi tak lain adalah mantan budak di Isfahan, salah satu daerah di Persia. Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah sahabat Rasulullah yang spesial. Ketika Rasulullah dan kaum muslimin hijrah menuju kota Madinah, Salman Al Farisi merasakan jatuh cinta dengan seorang gadis yang menurutnya sholehah. Kalau jaman sekarang diibaratkan seperti selebgram, cantik, followersnya banyak, hafidzoh, berprestasi, dan pokoKnya udah cocok banget lah kalau jadi makmum. Jadi kalau perempuan cari calon yang ngimamin sholat tahajud, dan kalau laki-laki bukan cari makmum buat sholat tahajud, tapi cari calon yang mau membangunkan sholat tahajud. Karena dibangunkan dengan alarm itu gk enak. Ups....
Oleh karena itu di kota inilah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu berniat untuk menggenapkan separuh agamanya dengan menikah. Saat itu diam-diam Salman Al Farisi menaruh perasaan cinta kepada seorang wanita muslimah Madinah nan sholihah yang disebut kalangan Anshar. Maka dia pun memantapkan niatnya untuk melamar wanita pujaan hatinya tersebut. Namun sayangnya ada sesuatu yang mengganjal di hati Salman Al Farisi ketika hendak melamar. Salman Al Farisi merasa asing, karena dia adalah penduduk baru dan jelas belum mengetahui bagaimana adat melamar wanita di kalangan masyarakat Madinah dan bagaimana dengan tradisi Anshar saat mengkhitbah wanita. Demikianlah hal yang dipikirkan Salman Al Farisi. Dia tak tahu mengenai budaya yang diterapkan di kota yang baru ini dan jelas tak bisa sembarangan tiba-tiba datang mengkhitbah wanita tanpa persiapan matang.
Hingga akhirnya Salman Al Farisi mendatangi seorang sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, yaitu Abu Darda. Abu dalam bahasa Arab bukan orang tua, tapi seperti nama panggilan. Jadi nama bekennya itu Abu atau bisa juga dikenal sebagai nama akun, bukan nama asli. Kalau kita kan suka bikin akun 2 ya? ;-) Satu akun asli, satu akun lagi buat akun palsu untuk stalking. Ups...hehe.  Akhirnya ia bermaksud meminta bantuan dari Abu Darda untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Setelah mendengar cerita sahabatnya tersebut, Abu Darda pun begitu girang. Ia pun memeluk Salman Al Farisi dan bersedia membantu dan juga mendukung sahabatnya itu. Tak ada perasaan ragu bahkan menolak dalam diri seorang Abu Darda. Dan inilah kesempatan Abu Darda untuk membantu saudara seimannya.
Setelah sebuah persahabatan yang indah itu menolong Salman Al Farisi, maka beberapa hari kemudian ia mempersiapkan segala sesuatunya. Salman Al Farisi pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani sahabatnya itu. Keduanya merasa begitu gembira selama perjalanan. Setiba di rumah wanita sholihah tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh sang tuan rumah, yang tak lain adalah orang tua wanita Anshar yang dicintai oleh Salman Al Farisi.
Abu Darda pun memperkenalkan dirinya dan memperkenalkan Salman Al Farisi, ia pun menceritakan mengenai Salman Al Farisi yang berasal dari Persia dan kini telah berhijrah ke Madinah. Abu Darda juga menceritakan mengenai kedekatan Salman Al Farisi yang tak lain adalah sahabat Rasulullah. Dan terakhir adalah maksudnya untuk mewakili sahabatnya itu untuk melamar.
Mendengar itu semua, maka si tuan rumah merasa sangat terhormat. Ia senang akan kedatangan dua orang sahabat Rasulullah. Ditambah lagi karena salah satunya bahkan berkeinginan melamar putrinya. Namun hal itu tidak membuat sang ayah langsung menerimanya. Karena seperti yang diajarkan Rasulullah, bahwa sang ayah harus bertanya bagaimana pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut. Karena jawaban itu adalah hak dari putrinya secara penuh.
Sang ayah pun lalu memberikan isyarat kepada istri dan juga putrinya yang berada dibalik hijabnya. Ternyata sang putri telah mendengar percakapan sang ayah dengan Abu Darda. Kalau dulu namanya mengintip kalau sekarang stalking. Cuma kalau kita mau stalking, stalking orangnya bukan akunnya. Karena kalau akunnya itu hasil editan semaleman. Hihihi.... jadi boleh kepo boleh stalking tapi dengan orangnya dan dengan cara yang tidak melampaui batas dan yang dilihat masih dalam sesuatu yang wajar. Karena itu adalah bagian dari mengenal atau ta’aruf.
Wanita muslimah tersebut ternyata juga telah memiliki pendapat sendiri mengenai pria yang melamarnya. Berdebarlah jantung Salman Al Farisi saat menunggu jawaban dari balik tambatan hatinya, tak hanya itu Abu Darda pun menatap gelisah pada wajah ayah si gadis. Tak disangka ternyata jawaban ayah gadis bagaikan petir. Ayah gadis menjawab, “Alhamdulillah, anak saya setuju untuk menikah.” Salman kaget. Kemudian ayah gadis melanjutkan bicaranya, “Tapi maaf ya Salman, bukan dengan Salman anak saya mau menikah. Akan tetapi, karena kalian berdualah yang datang dan mengharap ridho Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda juga memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi”.
Muka Abu Darda langsung memerah dengan perasaan antara senang dan tidak enak kepada sahabatnya. Sambil gugup Abu Darda berkata, “Salman, bukan aku yang mau ya? Aku gk ada maksud apa-apa lho...”, kata Abu Darda. “Tenang aja tenang aja.”, jawab Salman. Sungguh jawaban yang mengagetkan, wanita yang diidam-idamkan untuk menjadi istri Salman Al Farisi justru memilih Abu Darda yang hanya ingin membantu pinangan sahabatnya. Takdir Allah berkehendak lain, cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi itulah ketetapan Allah menjadi rahasia-Nya, yang tidak pernah diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah.
Akhirnya ditunangkanlah Abu Darda dengan gadis itu oleh ayahnya. Abu Darda dan Salman kemudian pulang. Sepanjang jalan Abu Darda diaaam saja karena gk enak dengan Salman. Salman kemudian berbicara kepada Abu Darda, “Udah tenang aja. Ini semua kan sudah menjadi takdir Allah SWT. Setiap orang diciptakan dengan pasangannya masing-masing.” Salman sangat berbesar hati. Meskipun pernah ditikung tapi tetap sholeh. Pernah gk kalian kaya gitu? Ups.... Dari mana dia tau perempuan itu? Ya dari curhat kita. (Jadi hati-hati ya kalau curhat ;-) )
Jika seperti pria pada umumnya, maka hati Salman Al Farisi pasti hancur berkeping-berkeping. Ia akan merasakan kehancuran yang teramat sangat. Tapi berbeda dengan pria lainnya, Salman Al Farisi merupakan pria sholih, taat, dan juga seorang yang mulia dari kalangan sahabat Rasulullah. Dengan ketegaran hati yang luar biasa ia justru menjawab, Allahu Akbar. Salman Al Farisi girang, bahkan ia justru menawarkan bantuan untuk pernikahan antara keduanya. Tanpa perasaan hati yang sakit, ia dengan ikhlas memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. Bahkan mahar dan nafkah yang telah dipersiapkan diberikan kepada Abu Darda. Ia juga akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu.
Jadi menikung dengan sengaja itu termasuk dengan dosa besar. Kalau tidak sengaja seperti kisah Abu Darda dan Salman yang memang harus seperti itu jalannya jadi tak apa. Begitu besar hatinya Salman, mereka akhirnya juga tidak musuhan. Gk sampai Salman unfollow Abu Darda. Terus nomornya di blok. Telpon juga tidak bisa dihubungi. Kalau dijapri cuma satu centang. Tidak, mereka tidak seperti itu. Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi yang begitu faham bahwa cinta kepada seorang wanita tidaklah memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum melaksanakan ijab qabul diikrarkan, cinta tidak menghalalkan hubungan dua insan. Tak hanya itu, ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. J


2.       Pertolongan kedua Allah SWT adalah mencabut masalahnya (memberi jalan keluar)
Terdapat banyak surat yang membahas tentang ini. Misalnya Q.S. Al- Anfal: 9-10 tentang bagaimana cara Allah menolong hamba-Nya. Misalnya dalam pertempuran kaum muslimin dengan orang-orang kafir ketika Perang Badar. Terjadi kontak senjata antara keduanya. Allah menolong kaum muslimin bukan dengan perang terlebih dahulu, tetapi dengan memberikan ketenangan dan hati yang nyaman kepada kaum muslimin. Malam sebelum perang, nabi dan kaum muslimin melakukan istighosah (doa yang panjang).
Terlalu khusyu’nya berdoa, nabi mengangkat tangannya dengan sangat tinggi dan berdoa, “ Ya Allah, jika besok kami kalah perang maka tidak akan ada lagi yang mengucapkan laa ilaa ha illallah.” Jadi yang dikhawatirkan nabi bukan takut tersakiti, tapi nabi takut kalau agama Allah tidak akan tersebar. Setelah istighosah kemudian kaum muslimin melihat ke langit. Semakin lama, bintang di langit semakin bertambah. Akhirnya hampir seluruh langit dipenuhi bintang-bintang bahkan terlihat sangat rapi dan berbaris. Langit terlihat sangat terang hingga seperti siang hari.
Kemudian ada sahabat yang bertanya, “Ya Rasulullah, itu bintang apa? Kenapa berbaris sangat rapi seperti itu dan tidak normal seperti pada umumnya?”. Ternyata itu bukan cahaya bintang, tetapi pasukan 1000 malaikat yang akan menolong dari langit. Barisan malaikat di langit itu Allah tampakkan tujuannya untuk menenangkan hati kaum muslimin. Banyaknya malaikat yang berbaris tersebut lebih banyak dari banyaknya kaum muslimin. Jadi Perang Badar itu bukan perang 300 : 1000 tetapi 1300 (300 manusia dan 1000 malaikat) : 1000 (orang kafir).
Meskipun demikian, kaum muslimin juga ada perasaan was-was karena hasutan syaitan. Mereka khawatir apakah malaikat tersebut akan membantunya.  Sedangkan nabi dan Abu Bakar terus berdoa sampai pagi, sedangka kaum muslimin yang lain diminta untuk istirahat. Awalnya kaum muslimin tidak bisa tidur karena khawatir dengan apa yang akan terjadi pada perang esok hari. Akhirnya Allah berikan ketenangan kepada kaum muslimin dengan memberikan rasa kantuk. Tiba-tiba semua menguap, mengantuk, kemudian tidur. Hal itu Allah maksudkan untuk membuat rasa nyaman untuk kaum muslimin. Allah menolong hatinya sebelum Allah menolongnya pada Perang Badar. (Q.S. Al-Anfal: 11)
Syaitan ternyata tidak menyerah. Ia masuk ke dalam mimpi kaum muslimin sehingga semuanya mimpi basah dan bangun dalam keadaan berjunub. Ingin mandi besar tetapi tidak cukup air karena airnya hanya cukup untuk wudhu. 1 orang satu gelas. Akhirnya mereka mulai galau lagi karena mereka dalam keadaan najis dan kotor serta tidak bisa berperang dalam keadaan suci. Akhirnya Allah menolong lagi mereka dengan menurunkan air hujan. Hujan tersebut hanya turun di tempat kaum muslimin sedangkan di tempat orang kafir tetap kering. Sehingga kaum muslimin langsung bahagia, bertakbir, dan akhirnya mandi junub di bawah guyuran air hujan.
Jadi berkali-kali Allah menolong hati kaum muslimin sebelum Allah menolong masalahnya. Ini merupakan gambaran bagaimana Allah menolong hamba-Nya. Ada orang yang diberi masalah berat tetapi hatinya tetap nyaman dan ada juga orang yang memiliki masalah sedikit tetapi selalu berkeluh kesah. Bedanya apa? Bedanya perasaan di dalam hati yaitu orang yang ditolong dan orang yang tidak ditolong oleh Allah SWT.
Jadi kesimpulannya, pahamilah cara-cara Allah menolong kita. Sehingga kita tidak salah paham ketika kita memiliki masalah dan kita sudah berdoa, seolah-olah Allah tidk mendengar doa kita. Selalu berhusnudzon kepada Allah SWT. Allah akan menolong kita, minimal hati kita yang akan ditolong.
 

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Terimakasih yang teramat dalam saya sampaikan kepada seseorang yang mengajak saya untuk menghadiri kajian ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikanmu lebih banyak lagi. Aamiin...


 Sumber:
Kajian Ustadz Hanan Attaki

LoA (Law of Attraction)

  LoA ( Law of Attraction )   Law of Attraction adalah hukum tarik menarik. Kita menarik sesuatu yang menurut kita sesuai dengan diri k...