Senin, 06 November 2017

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU - Narasi Besar Dunia



NARASI BESAR DUNIA
ISME =  PUSAT

Gambar tersebut menggambarkan kehidupan kontemporer (jaman sekarang) yang dipengaruhi oleh pemikiran orang-orang terdahulu. Kita digambarkan seperti ikan kecil (cethul). Kita yang hidup di jaman sekarang ini sedang mengalami disorientasi (kebingungan). Diantara ikan-ikan tersebut ada ikan yang kreatif. Kapalnya merupakan kapal bahasa, artinya filsafat jaman sekarang ini adalah filsafat bahasa atau disebut juga filsafat analitik. Filsafat itu isme yang artinya “PUSAT”. Sehingga jika filsafat bahasa artinya pusatnya bahasa, artinya semua bisa didefinisikan dengan bahasa. (sebenar-benar istriku adalah bahasa, jadi jika istrikudi telp tidak diangkat, wa tidak dibalas berarti ada something wrong dengan istriku). Maka sebenar-benar istriku adalah bahasa, sebenar-benar diriku adalah bahasa. Jika kamu suka mengedarkan berita bohong maka sebenar-benar dirimu adalah hoax itu sendiri. Jadi sekarang adalah lembah dari sebuah NARASI BESAR DUNIA dari awal hingga akhir jaman. Filsafat itu modus, artinya modis. Kita berpakaian termasuk modus / ikon / bahasa.
Segala macam isme munculnya bisa ditelaah dari segala macam obyeknya yang dibatasi oleh batas antara langit dan bumi. Langit merupakan gagasan dan bumi adalah kenyataannya. Obyek yang ada di pikiran bersifat tunggal (monoisme), tetapi di kenyataan yang tunggal menjadi plural (pluralisme). Tunggal yang ada di pikiran adalah yang logis (logicisme). Kenyataan plural yang ada di bumi bersifat riil (realisme). Semua yang ada dipikiran merupakan kuasa Tuhan (spiritualisme). Jadi pada akhirnya yang tunggal / mono bersifat absolut (absolutisme) dan ideal (idealisme).
Dalam filsafat, yang ada di langit merupakan pemikiran Plato (Platonisme), sedangkan yang ada di bumi tokohnya adalah Aristoteles (Aristotelianism). Misalnya Ibu dalam pikiran itu satu, tetapi dalam kenyataan banyak sekali. Ada ibu yang sedang masak, ada yang sedang, tidur, ada yang sedang mencuci, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan seribu pangkat seribu pangkat satu milyar pun belum cukup menggambarkan banyaknya ibu jika setiap hari diambil gambarnya meskipun hanya dua per hari. Padahal kamera Tuhan adalah kamera yang tidak akan pernah putus dan tidak akan ada kamera yang bisa menyamai kamera Tuhan. Jadi gambar kita nantinya akan sangat halus baik di surga maupun di neraka (gambar yang sempurna).
Selanjutnya, yang mono itu bersifat “idealisme” dan logika bersifat analitik. Maka sulitnya berfilsafat yaitu ada kata analitik yang sama pada ruang dan waktu yang berbeda serta makna yang berbeda pula.  Analitik pada pikiran memiliki makna konsisten, tetapi jika dihubungkan, analitik pada bhasa artinya juga konsisten. Yang terpenting 1, 2 3, dan seterusnya konsisten berjalan. Pada matematika murni ide dapat berupa definisi, aksioma, teorema 1, teorema 2, teorema 3, dan seterusnya yang terpenting sama dengan teorema pertama, yaitu identitas. Identitas adalah A = A, sedangkan pada kenyataan bersifat A  A atau kontradiksi.
Maka yang diatas bumi tidak lain dan tidak bukan adalah aturan, sedangkan yang dibawah adalah bayangan. Aturan bersifat analitik, bayangan bersifat sintetik. Ide, pikiran, gagasan, dan sebagainya bersifat a priori bayangan bersifat a post teriori. A  A artinya 2  2 karena 2 sebelah kiri lebih besar dari 2 sebelah kanan. Pernyataan tersebut hanya benar di dalam pikiran. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku tidak mampu menyebutkan siapa aku, karena belum selesai aku menyebutkan siapa diriku, maka aku sudah berubah dari tadi menjadi sekaranf. Kenapa? Karena di sini terikat ruang dan wakti yang merupakan salah satu intuisi. Dalam kenyataan, 11 dinagi dua hasilnya tergantung bagaimana cara membaginya. Jika dibagi secara vertikal, hasilnya 1 tetapi jika dibagi secara horisontal hasilnya tetap 11. Pikiran merupakan dunia maya, maka kita semua adalah bayangan dari dunia maya. Sehingga semuanya adalah bayangan dari aturan yang bersifat absolut pada pikiran dan aturan bersifat relatif (Relativisme) pada bayangan.
Di atas bersifat rasio (rasionalisme) dan bersiikap skeptis (skeptisisme) yang memili tokoh Rene Descartes. Sedangkan di bawah tokohnya David Hume yang bersikap empiris (empirisisme). Antara rasionalisme dan empirisisme, selama berabad-abad terjadilah pertempuran yang hebat. Sebelum adanya R. Descarte dan D. Hume terdapat “zaman gelap” (zaman kegelapan) karena orang-orang di duni barat dikuasai gereja. Orang tidak boleh mengutarakan kebenaran jika tidak dapat ijin dari gereja. Siapa yang tidak patuh pada gereja akan dikejar, ditangkap dan kemudian dibunuh, salah satu diantaranya adalah Galileo Galilei pada abad 13. Gereja memiliki keyakinan bahwa sistem tata surya dunia bersifat geosentris (pusat kehidupan pada bumi), jadi bintang, matahari, planet, dan lain-lain mengelilingi bumi. Kemudian muncul seseorang yang bernama Copernicus (Copernicusianisme) yang berpendapat heliosentris (pusat kehidupan adalah matahari), jadi bumu bulan planet, dan lain-lain mengelilingi matahari. Gereja kemudian marah besar, semua hasil penemuan itu dumusnahkan tetapi buku milik Copernicus tetap disimpan dan diselamatkan sampai mati, tetapi pengikutnya yang menjabarkan buku itu dikejar-kejar orang gereja. Itulah yang dalam filasfat disebut sebagai “jaman modern”.
R. Descartes dangat fanatik dengan rasionalisme karena ia pernah mendapat pengalaman bahwa antara mimpi dan kenyataan itu sulit dibedakan. Suatu hari ia bermimpi yang sangat mirip dengan kenyataan sehingga ia tidak bisa membedakan itu sebenarnya mimpi atau kenyataan. Apa buktinya bahwa itu mimpi atau kenyataan, bahkan ia sampai meragukan adanya Tuhan, tetapi dalam rangka mencari tau tentang Tuhan. Kemudian ia menyadari bahwa ketika ia bertanya berarti ia sedang tidak bermimpi (Kogito Ergosum). Saya ada karena saya berpikir. R. Descartes memiliki prinsip, tiadalah ilmu jika tidak ada rasio. Kemudian D. Hume membantah dengan prinsipnya. Tiadalah ilmu jika tidak ada pengalaman. Kemudian muncullah Imanuel Kant (1671). I Kant berpendapat bahwa R. Descartes benar tetapi terlalu mendewakan pengalaman. Seharusnya keduanya disatukan. Rasio diambil a priori dan pengalaman diambil sintetik a priori dengan bukunya The Critic of Pure Reason.
Kemudian pada tahun 1857 lahirlah Auguste Compte dengan aliran positivisme. Ia berpendapat bahwa untuk membangn dunia agama tidak logis sehingga diletakkan paling bawah, kemudian di atasnya diletakkan filsafat dan yang paling atas adalah positivisme atau saintifik. “Implikasi pada pembelajaran saat ini, sebaiknya tidak mengharuskan pembelajaran saintifik karena saintifik muncul dengan menyingkirkan agama”. Di Indonesia memiliki dasar Pancasila. Tingkatan paling bawah adalah material, kemudian formal, normatik, dan spiritual. Kemudian menjelma manjadi jaman kontemporer (kerajaan Donald Trump, Kerajaan Amerika, dunia barat dan sebagainya menganggap dunia seperti strukturial). Paling bawah adalah archaic, diatasnya adalah tribal, tradisional, feudal, modern, post modern, dan yang paling atas adalah post post modern (Power Now).
Pada jaman ini agama juga terletak di bawah, tapi maksimal tradisional.

Bersambung .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LoA (Law of Attraction)

  LoA ( Law of Attraction )   Law of Attraction adalah hukum tarik menarik. Kita menarik sesuatu yang menurut kita sesuai dengan diri k...