Senin, 01 Januari 2018

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU - Peran Filsafat Dalam Menyikapi Aliran



PERAN FILSAFAT DALAM MENYIKAPI ALIRAN

Oleh : Nurika Miftahuljannah

Assalamu’alaikum, wr. wb.

                Tulisan ini merupakan hasil refleksi perkuliahan filsafat pada Hari Selasa tanggal 31 Oktober 2017 di Gedung Program Pascasarjana baru di  lantai 5 ruang 5.01.13. dalam kesempatan kali ini saya menyuplik sedikit dari banyaknya isi perkuliahan yang menurut saya memiliki dampak besar bagi pemikiran seseorang, khususnya saya sendiri.
                Seperti biasa, perkuliahan Filsafat Ilmu diawali dengan tes jawab singkat. Isi tes jawab singkat akan ada pada tulisan saya selanjutnya. Dalam perkuliahan ini, saya berkesempatan untuk bertanya. Pertanyaan yang saya ajukan mengenai pengusiran Udztad Felix yang ditentang di Bangil Pasuruan. Rencana ceramahnya yang akan dilaksanakan di Masjid Manarul Gempeng, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan pada Hari Sabtu tanggal 4 November 2017 harus gagal karena ditolak oleh barisan NU bersama organisasi di bawah naungan NU, yaitu UPNU, Banser, serta Pagarnusa. Ustadz Felix dianggap sebagai pemancing terjadinya perselisihan. Kemudian yang saya tanyakan kepada Prof. Marsigit, M.A. adalah komentar mengenai peristiwa tersebut.
Tanggapan dari Prof. Marsigit, M.A. adalah sebagai berikut:
Umat diciptakan bergolong-golongan, termasuk Islam yang juga diciptakan bermacam-macam aliran dan bercabang-cabang. Ada aliran yang tepat sholat dan ada pula aliran yang terlambat sholat. Ada aliran sholat sendiri atau munfarid dan ada pula airan sholat berjamaah. Ada aliran yang suka mengenakan sarung dan ada pula aliranyang suka mengenakan celana. Aliran-aliran tersebut kemudian mencari masa yang sepaham dengan aliran tersebut untuk dijadikan sebagai anggota kelompoknya dalam sebuah paguyuban. Misalnya paguyuban para santri yang sholatnya pakai sarung. Sehingga setiap aliran memiliki hak atas paguyubannya masing-masing sesuai dengan yang dikehendakinya.
Akan tetapi, jika sudah pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari setiap kelompok paguyuban terkadang juga memiliki ego. Memiliki bahasa sendiri. Seperti halnya dalam keluarga juga memiliki bahasa dan pandangan sendiri-sendiri. Misalnya beberapa orang meling suami istri sedang sling berinteraksi. Ada orang yang berpendapat bahwa kedua suami istri tersebut sedang bertengkar, tetapi ada pulan yang mengatakan bahwa kedua istri tersebut mesra. Itulah hak setiap orang untuk menilai atau memandang sesuatu.
Sehingga, kembali pada topik Ustadz Felix di atas, Prof. mengatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah merupakan urusan agama, melainkan masalah syari’at atau tata cara atau teknis, waktu, tempat, dan sebagainya. Dengan demikian,  inilah pentingnya belajar filsafat. Orang Jawa mengatakan bahwa dalam menyikapi sesuatu harus “dijereng-jereng”. Artinya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi permasalahan kemudian terlebih dahulu dianalisis sebelum memberikan keputusan atau penilaian. Sehingga jangan mudah terprovokasi. Dalam filsafat, kita diajarkan untuk kenyal atau cair terhadap aliran-aliran yang ada.
Demikianlah tanggapan dari Prof. Marsigit terhadap pertanyaan yang saya ajukan. Semoga dapat diambil manfaatnya bagi saya sendiri maupun pembaca. Pesan yang dapat kita ambil yaitu dalam menjalani hidup, kita harus memiliki pondasai prinsip yang kuat agar tidak mudah terprovokasi kesana kemari oleh aliran yang ada. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.


Artikel terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LoA (Law of Attraction)

  LoA ( Law of Attraction )   Law of Attraction adalah hukum tarik menarik. Kita menarik sesuatu yang menurut kita sesuai dengan diri k...