Selasa, 08 November 2016

MAKALAH BAHASA INDONESIA - DIKSI



DIKSI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang beranggapan bahwa pilihan kata merupakan persoalan yang sederhana. Bahkan ada yang beranggapan bahwa pilihan kata tidak perlu dipelajari karena akan terbentuk dengan sendirinya. Namun, pada kenyataannya banyak juga yang kesulitan mengungkapkan maksud karena kurangnya variasi dan perbendaharaan kata yang dimilikinya sehingga tidak tepat dalam penyampaiannya. Ada juga yang boros menggunakan kata akan tetapi tidak ada makna yang tersirat di dalamnya. Agar maksud yang disampaikan dapat saling dimengerti sesuai dengan yang dimaksudkan, pemilihan kata atau diksi yang tepat merupakan hal yang sangat diperlukan dalam hal ini.

2.      Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
a.       Apa yang dimaksud dengan diksi?
b.      Hal apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam membuat diksi?
3.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian diksi.
b.      Untuk mengetahui pedoman diksi.
4.      Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, sebagai pengembang ilmu. Secara praktis, bermanfaat bagi.
1.      Penulis, sebagai penambah wawasan dalam menyusun kata agar hal yang dimaksud dapat tersampaikan dengan tepat.
2.      Pembaca, sebagai salah satu acuan agar lebih baik dalam penyusunan kata.


BAB II
PEMBAHASAN

Pada waktu akan menuangkan pikiran/gagasan dalam bentuk lisan maupun tulisan, kita mencari kata-kata yang tepat untuk mewadahi pikiran tersebut. Pilihan kata yang akan digunakan menentukan karakter dalam tulisan maupun lisan tersebut , misalnya formal, informal, ilmiah, populer, dan sebagainya. Dalam memilih kata, kita juga harus berhati-hati karena ada perbedaan penggunaan kata sesuai dengan kalangan tertentu. Dalam hal ini dikenal istilah Bahasa Indonesia Selingkung (BIS), yaitu bahasa Indonesia yang digunakan pada lingkungan tertentu untuk keperluan komunikasi di antara dunia mereka (Rahayu, 2009: 67).1
Kemajuan ilmu dan teknologi di Indonesia melahirkan segugus BIS di berbagai ilmu, misalnya kedokteran, biologi, teknik, ekonomi, dan sebagainya. Dengan demikian dikenal bahasa Indonesia untuk masing-masing disiplin ilmu. BIS menggunakan sejumlah ungkapan dan istilah khas yang tumbuh di kalangan masing-masing. Misalnya, kata tegangan dan gelombang adalah istilah fisika yang memiliki makna tertentu, dan tidak sama dengan makna dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena itu, agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, kata yang digunakan dalam menyusun kalimat harus tepat dan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. Selain itu, perlunya pengetahuan tentang pemilihan kata atau diksi merupakan salah satu hal pokok yang harus diketahui. Dengan mengetahui diksi, kita dapat menyesuaikan kata mana yang harus digunakan agar hal yang dimaksud dapat dimengerti oleh pembaca atau pendengar.

A.    Pengertian Diksi
Dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233), disebutkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Menurut Kridalaksana (1993:44), diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dala berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang.
Jadi, diksi adalah kemampuan membedakan makna secara tepat sebagaimana gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan nilai rasa yang  ingin dimilki pembaca.

B.     Pedoman Diksi
a.       Ketepatan
Penempatan kata sesuai dengan kelompoknya dalam sintaksis untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar sehingga sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh penulis atau pembicara.
          Untuk menghasilkan diksi yang tepat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Membedakan secara cermat makna denotasi dan konotasi
Apabila pengertian dasar yang diperlukan, penulis atau pembicara harus memilih kata denotasi. Demikian sebaliknya, apabila menghendaki reaksi emosional tertentu, penulis atau pembicara harus memilih kata konotatif.
2.      Membedakan kata-kata bersinonim
Kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan dan ada yang  tidak. Contoh:
1)      Ayah gemar (menonton, melihat, memandang, mengawasi) pertunjukan wayang kulit.
2)      Intan pergi ke pesta ulang tahun Desi (memakai, mengenakan, menggunakan) gaun yang indah.
Kata yang lebih tepat digunakan pada contoh (1) adalah menonton karena wayang kulit merupakan tontonan. Sedangkan pda contoh (2), kata memakai dan mengenakan saling menggantikan. Oleh karena itu, kita dapat memilih salah satu diantaranya.
3.      Memakai kata yang bernilai rasa
Kata yang bernilai rasa hendaklah digunakan secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi pembaca. Contoh:
Ibunya (gugur, meninggal, wafat, tutup usia) pada hari raya Idul Adha.
4.      Pemakaian kata atau istilah asing
Ada kata atau istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, ada juga yang belum. Kata atau istilah asing yang boleh dipakai dengan pertimbangan sebagai berikut.
1)      Lebih cocok karena konotasinya.
Contoh:
Kritik = kecaman
Profesional = bayaran
2)      lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya
contoh:
eksekusi = pelaksanaan hukuman mati
imunisasi = pengebalan terhadap penyakit
3)      bersifat Internasional
contoh:
matematika = ilmu pasti
oksigen = zat asam
5.      Pemakaian kata konkret dan abstrak
Kata konkret ialah kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba, atau dibau, misalnya meja, mobil, motor, kursi, manis, nyanyian, dan sebagainya. Sementara itu, kata abstrak adalah kata yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau gagasan, misalnya cantik, keadilan, pemerintah, kebenaran, dan sebagainya. Oleh karena itu, kara-kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak.
6.      Pemakaian kata-kata umum dan khusus
Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus adalah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Contoh:
Umum
Khusus
Melihat
Memandang (gunung, sawah, laut)
Menonton (wayang, ludruk, ketoprak, televisi)
Menengok (orang sakit)
Menjenguk (orang sakit)
Menatap (muka, gambar)
Menentang (matahari, muka)
Menoleh (ke kiri, ke kanan)
Meninjau (daerah-daerah)
Menyaksikan (pertandigan sepak bola)
Bunga
Melati, mawar, flamboyan, sedap malam, kamboja.

7.      Kata yang dipilih harus tepat benar terutama kata-kata mirip ejaan atau pelafalan
Contoh:
Apél        -           Apel
Bank       -           Bang
Téras       -           Teras

b.      Kesesuian
Kata-kata yang dipilih harus disuntingkan sesuai dengan tingkatan (level) audiensnya. Misalnya, ketika berbicara dengan orang desa yang tingkat pendidikannya rendah, dianjurkan untuk tidak menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh mereka. Berikut adalah syarat-syarat kesesuian diksi dalam situasi formal dan umum.
1.      Menghindari pemakaian kata tutur/percakapan
Kata tutur adalah kata yang biasa dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan, seperti bilang, bikin, ambilin, ngerti, ga tau, dan sebagainya. Kata-kata tersebut tidak dapat dipakai untuk karangan ilmiah atau dalam situasi formal.
2.      Menghindari bahasa nonstandar dalam situasi formal
Keraf berpendapat bahwa kata-kata tidak hanya menunjukan sikap orang, tetapi merefleksikan tingkah laku sosial dari rang-orang yang mempergunakannya (1994:104). Bila seseorang menggunakan bahasa nonstandar dalam situasi formal akan mengakibatkan ketidakformalan.
3.      Menghindari kata atau istilah ilmiah dalam situasi umum
Kata atau istilah ilmiah hendaknya dipakai dalam situasi khusus. Apabila kata atau istilah ilmiah dipakai dalam masyarakat yang berpendidikan dasar, menengah atau bahkan yang tidak sempat mengenyam pendidikan maka kata atau istilah ilmiah tersebut tidak akan dimengerti oleh mereka. Sehingga, informasi yang dimasukkan tidak tersampaikan. Perbandingan kata atau istilah ilmiah dan populer tampak pada tabel berikut.
Kata populer
Kata atau istilah ilmiah
Anggun
Feminin
Perkasa
Maskulin
sakit jiwa
Psikopat
4.      Menghindari jargon
Kridalaksana berpendapat bahwa jargon adalah sejumlah istilah yang mengandai dialek profesi (1993:87). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah jargon diartikan sebagai kosa kata khusus yang dipergunakan dibidang kehidupan (lingkungan) tersebut.
5.      Menghindari slang
Slang adalah kata-kata lama yang diberi makna baru. Contoh: cabut ‘pergi’, tancap ‘percepat/perkencang’, dan sebagainya.
6.      Menghindari bahasa artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni atau sastra. Pemakaian bahasa artifisial akan memudarkan pemahaman karena apa yang dimaksud dalam tulisan tidak ditampakkan secara jelas.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dengan  memahami konsep dasar diksi, kita dapat memilih kata yang tepat untuk digunakan sehingga gagasan yang disampaikan oleh penulis atau pembicara dapat dimengerti oleh pembaca atau pendengar. Selain itu, perbendaharaan kata juga sangat diperlukan agar dapat memilih kata yang tepat sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda antar kedua belah pihak.

B.     Saran
Demikian makalah ini kami susun. Kami sadar, terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi ke depannya.















DAFTAR PUSTAKA

Alek dan H. Achmad HP. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kencana
Herniti, Eneg. 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Pokja Akademik.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Rahayu, Triwati dkk. 2012. Mahir Berbahasa Indonesia Bahan Ajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Ahmad Dahlan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LoA (Law of Attraction)

  LoA ( Law of Attraction )   Law of Attraction adalah hukum tarik menarik. Kita menarik sesuatu yang menurut kita sesuai dengan diri k...