DIKSI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang
beranggapan bahwa pilihan kata merupakan persoalan yang sederhana. Bahkan ada
yang beranggapan bahwa pilihan kata tidak perlu dipelajari karena akan
terbentuk dengan sendirinya. Namun, pada kenyataannya banyak juga yang
kesulitan mengungkapkan maksud karena kurangnya variasi dan perbendaharaan kata
yang dimilikinya sehingga tidak tepat dalam penyampaiannya. Ada juga yang boros
menggunakan kata akan tetapi tidak ada makna yang tersirat di dalamnya. Agar
maksud yang disampaikan dapat saling dimengerti sesuai dengan yang dimaksudkan,
pemilihan kata atau diksi yang tepat merupakan hal yang sangat diperlukan dalam
hal ini.
2. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
a. Apa
yang dimaksud dengan diksi?
b. Hal
apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam membuat diksi?
3. Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian diksi.
b. Untuk
mengetahui pedoman diksi.
4. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis,
sebagai pengembang ilmu. Secara praktis, bermanfaat bagi.
1. Penulis,
sebagai penambah wawasan dalam menyusun kata agar hal yang dimaksud dapat
tersampaikan dengan tepat.
2. Pembaca,
sebagai salah satu acuan agar lebih baik dalam penyusunan kata.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada waktu akan menuangkan pikiran/gagasan dalam
bentuk lisan maupun tulisan, kita mencari kata-kata yang tepat untuk mewadahi
pikiran tersebut. Pilihan kata yang akan digunakan menentukan karakter dalam
tulisan maupun lisan tersebut , misalnya formal, informal, ilmiah, populer, dan
sebagainya. Dalam memilih kata, kita juga harus berhati-hati karena ada
perbedaan penggunaan kata sesuai dengan kalangan tertentu. Dalam hal ini
dikenal istilah Bahasa Indonesia Selingkung (BIS), yaitu bahasa Indonesia yang
digunakan pada lingkungan tertentu untuk keperluan komunikasi di antara dunia
mereka (Rahayu, 2009: 67).1
Kemajuan ilmu dan teknologi di Indonesia melahirkan
segugus BIS di berbagai ilmu, misalnya kedokteran, biologi, teknik, ekonomi,
dan sebagainya. Dengan demikian dikenal bahasa Indonesia untuk masing-masing
disiplin ilmu. BIS menggunakan sejumlah ungkapan dan istilah khas yang tumbuh
di kalangan masing-masing. Misalnya, kata tegangan
dan gelombang adalah istilah fisika
yang memiliki makna tertentu, dan tidak sama dengan makna dalam bahasa
sehari-hari. Oleh karena itu, agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, kata
yang digunakan dalam menyusun kalimat harus tepat dan sesuai dengan situasi
yang sedang dihadapi. Selain itu, perlunya pengetahuan tentang pemilihan kata
atau diksi merupakan salah satu hal pokok yang harus diketahui. Dengan
mengetahui diksi, kita dapat menyesuaikan kata mana yang harus digunakan agar
hal yang dimaksud dapat dimengerti oleh pembaca atau pendengar.
A. Pengertian
Diksi
Dalam
Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233), disebutkan bahwa diksi adalah
pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Menurut
Kridalaksana (1993:44), diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk
memperoleh efek tertentu dala berbicara di depan umum atau dalam
karang-mengarang.
Jadi,
diksi adalah kemampuan membedakan makna secara tepat sebagaimana gagasan yang
ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan nilai
rasa yang ingin dimilki pembaca.
B. Pedoman
Diksi
a. Ketepatan
Penempatan kata sesuai dengan
kelompoknya dalam sintaksis untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca atau pendengar sehingga sesuai dengan apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Untuk menghasilkan diksi yang tepat
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Membedakan
secara cermat makna denotasi dan konotasi
Apabila pengertian dasar yang
diperlukan, penulis atau pembicara harus memilih kata denotasi. Demikian
sebaliknya, apabila menghendaki reaksi emosional tertentu, penulis atau
pembicara harus memilih kata konotatif.
2. Membedakan
kata-kata bersinonim
Kata bersinonim ada yang dapat saling
menggantikan dan ada yang tidak. Contoh:
1) Ayah
gemar (menonton, melihat, memandang, mengawasi) pertunjukan wayang
kulit.
2) Intan
pergi ke pesta ulang tahun Desi (memakai, mengenakan,
menggunakan) gaun yang indah.
Kata yang lebih tepat
digunakan pada contoh (1) adalah menonton karena wayang kulit merupakan
tontonan. Sedangkan pda contoh (2), kata memakai dan mengenakan saling menggantikan.
Oleh karena itu, kita dapat memilih salah satu diantaranya.
3. Memakai
kata yang bernilai rasa
Kata yang bernilai rasa hendaklah
digunakan secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi pembaca. Contoh:
Ibunya
(gugur, meninggal, wafat, tutup usia) pada hari raya Idul Adha.
4. Pemakaian
kata atau istilah asing
Ada kata atau istilah asing yang sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia, ada juga yang belum. Kata atau istilah
asing yang boleh dipakai dengan pertimbangan sebagai berikut.
1) Lebih
cocok karena konotasinya.
Contoh:
Kritik
= kecaman
Profesional
= bayaran
2) lebih
singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya
contoh:
eksekusi
= pelaksanaan hukuman mati
imunisasi
= pengebalan terhadap penyakit
3) bersifat
Internasional
contoh:
matematika
= ilmu pasti
oksigen
= zat asam
5. Pemakaian
kata konkret dan abstrak
Kata konkret ialah kata yang menunjuk
kepada objek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba, atau dibau,
misalnya meja, mobil, motor, kursi,
manis, nyanyian, dan sebagainya. Sementara itu, kata abstrak adalah kata
yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau gagasan, misalnya cantik, keadilan,
pemerintah, kebenaran, dan sebagainya. Oleh karena itu, kara-kata konkret lebih
mudah dipahami daripada kata-kata abstrak.
6. Pemakaian
kata-kata umum dan khusus
Kata-kata umum adalah kata-kata yang
luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus adalah kata-kata yang sempit
ruang lingkupnya. Contoh:
Umum
|
Khusus
|
Melihat
|
Memandang (gunung, sawah, laut)
Menonton (wayang, ludruk, ketoprak,
televisi)
Menengok (orang sakit)
Menjenguk (orang sakit)
Menatap (muka, gambar)
Menentang (matahari, muka)
Menoleh (ke kiri, ke kanan)
Meninjau (daerah-daerah)
Menyaksikan (pertandigan sepak bola)
|
Bunga
|
Melati, mawar, flamboyan, sedap malam, kamboja.
|
7. Kata
yang dipilih harus tepat benar terutama kata-kata mirip ejaan atau pelafalan
Contoh:
Apél - Apel
Bank
- Bang
Téras - Teras
b. Kesesuian
Kata-kata yang dipilih harus
disuntingkan sesuai dengan tingkatan (level) audiensnya. Misalnya, ketika
berbicara dengan orang desa yang tingkat pendidikannya rendah, dianjurkan untuk
tidak menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh mereka. Berikut adalah
syarat-syarat kesesuian diksi dalam situasi formal dan umum.
1. Menghindari
pemakaian kata tutur/percakapan
Kata tutur adalah kata yang biasa
dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan, seperti bilang, bikin, ambilin, ngerti, ga tau, dan
sebagainya. Kata-kata tersebut tidak dapat dipakai untuk karangan ilmiah atau
dalam situasi formal.
2.
Menghindari
bahasa nonstandar dalam situasi formal
Keraf berpendapat bahwa kata-kata tidak
hanya menunjukan sikap orang, tetapi merefleksikan tingkah laku sosial dari
rang-orang yang mempergunakannya (1994:104). Bila seseorang menggunakan bahasa
nonstandar dalam situasi formal akan mengakibatkan ketidakformalan.
3. Menghindari
kata atau istilah ilmiah dalam situasi umum
Kata atau istilah ilmiah hendaknya
dipakai dalam situasi khusus. Apabila kata atau istilah ilmiah dipakai dalam
masyarakat yang berpendidikan dasar, menengah atau bahkan yang tidak sempat
mengenyam pendidikan maka kata atau istilah ilmiah tersebut tidak akan
dimengerti oleh mereka. Sehingga, informasi yang dimasukkan tidak tersampaikan.
Perbandingan kata atau istilah ilmiah dan populer tampak pada tabel berikut.
Kata
populer
|
Kata
atau istilah ilmiah
|
Anggun
|
Feminin
|
Perkasa
|
Maskulin
|
sakit jiwa
|
Psikopat
|
4. Menghindari
jargon
Kridalaksana berpendapat bahwa jargon adalah
sejumlah istilah yang mengandai dialek profesi (1993:87). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia istilah jargon diartikan sebagai kosa kata khusus yang
dipergunakan dibidang kehidupan (lingkungan) tersebut.
5. Menghindari
slang
Slang adalah kata-kata lama yang diberi makna baru.
Contoh: cabut ‘pergi’, tancap ‘percepat/perkencang’, dan sebagainya.
6. Menghindari
bahasa artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara
seni atau sastra. Pemakaian bahasa artifisial akan memudarkan pemahaman karena
apa yang dimaksud dalam tulisan tidak ditampakkan secara jelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dengan memahami konsep dasar diksi, kita dapat
memilih kata yang tepat untuk digunakan sehingga gagasan yang disampaikan oleh
penulis atau pembicara dapat dimengerti oleh pembaca atau pendengar. Selain
itu, perbendaharaan kata juga sangat diperlukan agar dapat memilih kata yang
tepat sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda antar kedua belah
pihak.
B.
Saran
Demikian
makalah ini kami susun. Kami sadar, terdapat banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi ke depannya.
Alek
dan H. Achmad HP. 2010. Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kencana
Herniti, Eneg. 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Pokja
Akademik.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Rahayu,
Triwati dkk. 2012. Mahir Berbahasa
Indonesia Bahan Ajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Ahmad Dahlan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar